Senin, 16 Mei 2011



UJIAN NASIONAL – ANTARA KEJUJURAN DAN RASA MALU

Seperti yang baru saja kita ketahui, 16 Mei 2011, merupakan sebuah hari besar bagi siswa – siswa SMA yang baru saja menghadapi Ujian Nasional. Hari ini adalah pengumuman bagi mereka tentang kelulusan mereka. Banyak dari mereka merasa tegang, bahkan ada yang tidak bisa bicara dan hanya bisa diam sembari menunggu pengumuman. 1 jam, 2 jam, 3 jam, akhirnya pengumuman keluar. Mayoritas siswa SMA di tiap sekolah terseum dan tertawa karena akhirnya usaha mereka selama ini terbayar dengan tertulisnya kata lulus di samping nama mereka di papan pengumuman kelulusan.
Begitulah fakta terbaru yang ada sekarang. Tidak seperti beberapa tahun lalu dimana banyak siswa yang menangis, pingsan, dan histeris karena menerima kenyatan bahwa mereka dinyatakan tidak lulus. Tentunya beberapa tahun yang lalu tersebut tidak bisa dijadikan pembanding karena beberapa tahun yang lalu, kelulusan mutlak ditentukan oleh hasil Ujian Nasional sedangkan sekarang kelulusan ditentukan oleh beragam faktor yang terdiri dari hasil UN itu sendiri, nilai rapot semester 3,4,5, dan hasil ujian sekolah yang sudah dilaksanakan terlebih dahulu sebelum UN.
Dengan pentingnya UN ini sebagai penentu masa depan seorang siswa SMA, baik pihak sekolah maupun pihak siswa itu sendiri, usaha maksimal pun dilakukan berbulan- bulan menjelang Ujian Nasional dan disini lah konflik sbeenarnya dari Ujian Nasional mulai tampak. Suatu hal yang wajar ketika persiapan yang dilakukan sekolah seperti jam tambahan dan bimbingan intensif dilakukan untuk mempersiapkan anak didiknya. Akan tetapi ketika trik – trik mulai dilakukan baik oleh pihak sekolah maupun pihak siswa ketika hari H ujian nasional, tampaklah sebuah keboborokan moral bangsa ini.
Sebagai sumber, seorang mahasiswa, inisial A baru saja lulus setahun yang lalu dan ketika ditanya tentang adanya pembagian jawaban untuk mata pelajaran yang diujikan, dia membenarkan. Bahkan ia mengatakan bahwa kunci jawaban yang disebarkan via sms dari temannya ini, ia dapat setengah jam sebelum ujian dilaksanakan. Begitu pula tahun ini, seorang siswa SMA berinisial J pun mengatakan bahwa sebelum ujian, dia sudah memperoleh kunci jawaban untuk mata pelajaran yang akan diujikan. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah :
1. Apakah ini yang diinginkan dari Ujian Nasional ?
2. Segitu takutkah bangasa Indonesia untuk jujur dan mengakui bahwa ia belum pantas lulus ?
3. Bagaimana ke depannya jika mereka yang belum pantas lulus ini masuk ke perguruan tinggi ?

Mungkinkah sebuah kunci jawaban untuk sebuah mata pelajaran yang akan diujikan di ujian nasional akan dengan mudah disebar begitu saja padahal pihak Kemendiknas sudah menjamin kerahasiaan dari ujian tersebut ? Jawabannya jelas tidak. Akan tetapi faktanya berbeda. Bahkan ketika kunci jawaban itu dicek dan dikerjakan secara bersama oleh sekelompok guru, jawaban nya pun naris sempurna untuk keseluruhan soal. Ya, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, UN ini merupakan tanggung jawab pihak kemendiknas. Lalu bagaimana kunci jawaban bisa tersebar begitu saja ? Pencuri ? Jelas tidak mungkin karena pengamanan begitu ketat. Siswa ? Sepandai dan senekat itu kah mereka melakukan hal itu ? Sumber yang paling kuat alasannya jelas Kemendiknas. Besar kemungkinan bocoran itu datang dari pihak internal Kemendiknas sendiri.
Terlepas dari dari mana kunci jawaban itu didapat, sebenarnya yang jadi masalah dari pelaksanaan ujian ini adalah kejujuran. Sungguh sangat bodoh orang yang mengatakan bahwa Ujian Nasional tidak pantas jadi penentu kelulusan. Nilai rapot saja jelas tidak cukup dan standarisasi pendidikan itu perlu dilakukan jika ingin bangsa ini maju. Jika untuk menghadapi ujian nasional yang hanya terdiri dari segelintir soal yang sudah mereka pelajari selama 3 tahun saja mereka harus menggunakan bocoran lalu bagaimana bisa menghadapi persoalan dunia yang kompleks yang memerlukan pemahaman dan logika tingkat tinggi. Ini yang seharusnya dipertegas. Pihak sekolah harusnya bisa menjaga objektivitas dari pelaksanaan Ujian Nasional. Bahkan jika perlu lakukan saja razia sebelum masuk kelas dan tidak memperkenankan siswa membawa apapun kecuali peralatan ujian. Ini semua pasti dapat dilakukan pihak sekolah jika memang mental – mental jujur itu tertanam juga di pihak sekolah karena nantinya ini menyangkut masa depan siswa mereka.

Sudah saatnya paradigma yang selalu malu jika tidak lulus diubah. Lebih baik tidak lulus ketimbang lulus dengan sebuah bocoran. Tidak ada sesuatu yang membanggakan. Lalu apa mereka bangga dengan hasil tersebut ? Apa mereka yang menggunakan bocoran itu bisa merasakan perjuangan mereka selama 3 tahun jika menggunakan bocoran ?
Dari UN inilah keseriusan dan tanggung jawab seorang siswa terbentuk. Jika untuk menghadapi UN saja banyak hal yang diributkan dan menggunakan bocoran, lalu dari mana keseriusan mereka terbentuk ?
Satu hal yang mestinya ditanamkan pada generasi muda yang masih menuntut pendidikan di sekolah dasar dan menengah, bahwa mereka harus selalu jujur dan objektif dalam menyikapi suatu hal serta bertanggung jawab. Menyangkut kelulusan, akan lebih baik jika mereka tidak lulus kalau keadaan dan kenyataannya kompetensi yang mereka miliki selama menempuh waktu pendidikan di sekolah dasar atau menengah yang mereka ikuti masih di bawah harapan. Biarlah mereka menyadarai arti penting dari sebuah tanggung jawab, arti penting dari sebuah kerja keras bahwa keberhasilan diperoleh dengan kerja keras. Tidak lah perlu malu untuk mengulang jika memang belum pantas lulus. Malu dikatakan bodoh ? hmmm .... daripada menjadi orang munafik yang terlihat pintar dengan kata lulus padahal kepalanya kosong tanpa isi. Toh, jika belum pantas lulus tapi dipaksakan lulus, nantinya yang kesulitan di jenjang yang lebih tinggi adalah mereka yang tidak jujur itu. Layaknya seorang anak kecil yang belum bisa baca tapi sudah dipaksa masuk sekolah dasar, begitulah gambaranya juka seorang siswa SMA yang tidak pantas lulus, memaksakan diri lulus dengan sebuah bocoran.
Jujur itu indah dan dengan jujur rasa tanggung jawab kita terbentuk.
Siswa SMA adalah penerus bangsa ..... Jujur atau bangsa ini makin hancur. *(hanif)

Minggu, 27 Desember 2009

………


PERNYATAAN MISI HIDUP SANG PENULIS

• Yang pertama adalah aku akan memegang teguh keyakinanku, karena islam-lah yang telah membentukku.
• Aku tidak akan pernah meremehkan ikatan keluarga.
• Aku tidak akan melontarkan sahabatku, tapi aku juga akan punya waktu untuk diriku sendiri.
• Aku akan sukses dengan usahaku dan kepribadianku, seperti suksesnya ibuku melahirkanku dan ayahku merawatku.
• Membuat orangtuaku bangga,, jauh lebih bangga daripada aku dengan harga diriku.
• Aku akan melewati jalan yang sama tapi aku tidak akan jatuh pada lubang yang sama.
• Aku memulai hidup ini dari satu titik dan akan kembali ke titik itu untuk mengakhiri.
• Aku akan selalu memeliohara citra diri yang positif karena ini yang menjadi niat pemeriksaan diri.
• Jadilah proaktif dan tidak reaktif,, menjadi pengemudi dalam hidup dan tidak terombang – ambing sebagai penumpang.
• Tidak boleh jatuh karena yang mengendalikan ketegaran itu dalah diriku sendiri.
• Bermimpi untuk bertindak.

Jumat, 27 November 2009

…………..

EAGLE

Eagle loves conflict

Eagle is not a magic

Eagle also can't cause a traffic

Eagle just can't accept the critic

Eagle has decided to make his story of biographic

Without intervention from another statistic

        Eagle has tried to be romantic

        With his own magic trick

        But no one try to be clicked

        Then they make the eagle be prosaic

        With everything he sticks

         Eagle just can stay on the creek

        When his preys decrease on graphic

        Can't stay too long on the creek

        And will fly to another peak to share a lot of tricks

                Eagles are strong on scratch but it's weak on dynamic

                His spirit just look as a size of microscopic

                Which needed an eye without a leak

                To see what's trick is causing a magnetic

It doesn't mean it can't bespeak

He just need a good analytic

To know his environment and know his characteristic

And show all to the public that his life won't last such a nitric

That's why the life called as a mystic